Senin, 18 November 2013

Bila Saat Itu Tiba

Aku masih teringat sekitar pk. 4 dini hari tanggal 1 November yang lalu, tiba-tiba Emak (Uwa’ yang biasa ku panggil Emak) ngebangunin minta pundaknya ditepuk-tepuk pundaknya karena sesak banget. Setelah ditepuk-tepuk Emak minta dipanggilkan anaknya supaya dibawa ke rumah sakit. Sambil terus menepuk punggung dan obat semprot terus dicoba namun sepertinya gak melegakan sesaknya. 

Telfon sana sini mencari taksi tak menghasilkan karena saat itu masih terlalu pagi, ada taksi lewat tapi sudah dipesan orang lain, alhasil minjam mobil tetangga. Dan Emak diangkat hingga ruang tengah, saat itu Emak sudah pingsan. Kebetulan saat itu gak ada persediaan oksigen murni untuk pertolongan kepada Emak. Semakin lama tangan Emak terasa dingin dicoba oles dengan minyak hangat, dan saat dipegang kakinya sudah dingin dan kaku. 

Mobil sudah siap dan Emak dibawa ke rumah sakit terdekat. Dalam hati masih berpikiran positif, Emak bakal sadar dan sehat lagi kok walau dalam hati sangat was was. Sekitar pukul 5 sesudah wudhu, aku terima telfon Emak sudah gak ada. Innalillahi wa’innailaihi rojiun, rasanya gak percaya hari itu Emak sudah gak bersama kami lagi. 

Baru kali ini aku melihat langsung dan mencium seorang mayat, rasanya dingin tapi bukan dingin es dan kaku tapi masih terasa lembutnya kulit. Dan baru kali ini aku melihat seseorang yang telah meninggal terlihat seperti tidur sambil senyum. Pada hari itu aku menyaksikan bahwa tidak ada seorang pun tahu kapan waktu di dunia ini habis. Bila kematian datang, gak ada apapun yang bisa menghindar atau meminta penundaan. Gak ada alasan apapun menolak waktu kematian menjemput. 

Hari itu ternyata sebagai salah satu sarana para saudara berkumpul, yang sudah lama gak bertermu, yang belum pernah bertemu dengan anggota keluarga baru. Mungkin di lain hari para saudara dapat berkumpul kembali bukan dalam suasana duka. 

Aku sempat berkeinginan bila nanti aku menikah, aku ingin Emak dapat menyaksikan hari bahagia itu tapi ternyata rencana ku gak sejalan dengan rencana-Nya. Aku juga berkeinginan bila aku sukses secara financial maka salah satu orang yang akan aku bahagiakan adalah Emak selain kedua orang tuaku, namun kembali lagi rencana Allah berbeda dengan rencana ku.   

Semoga Emak berkumpul dengan Ayah di surga,, aamiin ya rabbal'alamin.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar